oleh

Tidak PCR Saat Bergejala Covid-19 Jadi Kendala Donor Plasma Konvalesen

BANYUMAS – Banyaknya masyarakat yang bergejala Covid-19 tetapi tidak mau melakukan antigen atau PCR, menjadi kendala bagi PMI untuk menghimpun pendonor plasma konvalesen.

Keluhan ini disampaikan Kepala Unit Donor Darah Banyumas dr Ivone Rusyandari, saat Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengecek pemenuhan kebutuhan donor plasma di PMI Banyumas, Senin (3/8/2021).

“Banyak yang tidak mengecek PCR maupun antigen, tapi gejalanya Covid. Kan banyak. Anosmia, demam, batuk  tapi mereka tidak mau PCR, dan mereka tidak mau antigen. Mereka hanya isoman di rumah,” tuturnya.

Kondisi itu, kata Ivone, membuat mereka tidak terdata, dan ketika ingin berdonor, PMI tidak bisa memberi izin. Sebab, tidak ada bukti yang bisa ditunjukkan jika mereka betul-betul terpapar Covid-19. Padahal, di sisi lain, kebutuhan plasma konvalesen terhitung tinggi.

Baca Juga  Jenderal Dudung Dinilai sebagai Penganut Ajaran Jenderal Sudirman dan Jenderal M Yusuf

Ivone menyebut, untuk Juni 2021, dari kebutuhan 812 kantong, baru terpenuhi 319 kantong. Sementara pada Juli 2021, kebutuhannya lebih tinggi lagi, yakni 923 kantong, dan hanya terpenuhi 435 kantong.

Ditambahkan, UDD PMI Banyumas sudah melakukan upaya-upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Antara lain, gencar memberikan sosialisasi melalui media sosial, menyelenggarakan webminar dan bekerja sama dengan berbagai institusi. Seperti pondok pesantren, kepolisian, dan BUMN.

Wakil Gubernur Taj Yasin sepakat, keengganan masyarakat untuk melapor ketika terpapar Covid, memang menjadi kendala. Itu pula yang membuat data kasus Covid terkesan rendah. Padahal, angkanya lebih tinggi ketika mereka mau jujur.

Baca Juga  Lurah Kaduagung Harap Ketua RT/RW Sejalan dengan Program Penanganan COVID-19

“Ini saya berharap nanti kalau memang kita terpapar Covid, lebih baik kita ungkap. Karena data semakin tinggi ungkapan masyarakat atau (ada) keterbukaan masyarakat, semakin mudah kami mendapat plasma,” kata dia.

Gus Yasin, sapaan wagub, berpandangan, saat ini kalangan masyarakat yang paling mudah didorong untuk berdonor adalah Aparatur Sipil Negara.  Sebab, mereka wajib lapor kepada pimpinan ketika terkena Covid, sehingga datanya sudah pasti ada.

“Di pemerintah, saya meminta untuk didata. Siapa saja yang sudah terpapar, mereka harus kita dorong untuk melakukan donor, sehingga memberikan contoh kepada masyarakat,” jelasnya.

Baca Juga  Wali Kota Deklarasikan Kelurahan Damai Tingkir Lor Kota Salatiga

Wagub meyakini, adanya contoh nyata menumbuhkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk berdonor. Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, setelah dirinya melakukan donor plasma konvalesen yang pertama sekitar tiga pekan lalu di UDD PMI Kota Semarang, jumlah pendonor mengalami kenaikan.

“Kita sampaikan kepada bupati/ wali kota untuk memberikan contoh. Kita bersama-sama menjadi lakon. Jadi kalau lakon ya kita ini penyintas. Termasuk saya. Saya ingin menjadi lakon. Saya ingin jadi peran utama menyelamatkan warga kami,” pungkasnya. (*/cr1)

Sumber: aceh.siberindo.co

News Feed